Lihat bagian pertama
Seperti
sudah diakui di bagian pertama, tidak ada data yang sempurna. BDT disusun
dengan standar pengumpulan data yang tinggi serta kontrol kualitas yang kuat.
Tapi beberapa hal akan mempengaruhi ketepatan sasaran dan persepsi tentang
akurasi data, yang menghasilkan keluhan semacam “saya sama miskinnya dengan
tetangga saya, tapi saya tidak mendapatkan BLSM.”
BLSM ‘hanya’ dibagikan
pada 25 persen penduduk
Angka 25
persen adalah angka nasional. Bukan berarti di setiap propinsi, kabupaten,
kecamatan atau desa, akan ada 25 persen warga yang menerima BLSM. Di wilayah
yang tingkat kemiskinannya tinggi seperti Papua, penerima BLSM bisa mencapai 40
persen penduduk. Sebaliknya di DKI Jakarta, hanya sekitar tiga persen yang
menerima BLSM.
Konsekuensinya,
di satu wilayah pasti kita akan menemui warga yang dapat dan yang tidak.
Persepsi mengenai ketidaktepatan sasaran akan makin besar di wilayah yang
semakin kecil luasnya tapi kepadatan penduduk semakin tinggi seperti di kota
besar. Ini tentu bukan berarti BLSM salah sasaran. Tapi masyarakat akan
mempersepsikan demikian karena dalam satu wilayah ada yang menerima dan ada
yang tidak.
Karakteristik rumah
tangga yang mirip
Secara
historis, Indonesia (dan negara-negara Asia Tenggara) memiliki ketimpangan yang
lebih rendang dibandingkan Amerika Latin, juga India atau Cina. Implikasinya,
menargetkan penduduk miskin menjadi lebih sulit. Banyak rumah tangga di
kelompok 40 persen terbawah punya karakteristik yang mirip dan sulit dibedakan
mana yang lebih miskin dari yang lain.
Sebagai
contoh, 7 dari 10 tangga penerima BLSM (25 persen terbawah) di Jakarta memiliki
telepon selular. Sama halnya, tujuh dari sepuluh rumah tangga yang ada di
kelompok 26-40 persen (tidak menerima BLSM) juga memiliki telepon selular. Atau dari segi karakteristik rumah, 4 dari 10
rumah tangga penerima BLSM di Indonesia memiliki rumah yang dindingnya tembok,
dan 6 dari 10 punya rumah berlantai bukan tanah. Ini tidak jauh berbeda dengan
rumah tangga di kelompok 26-40 persen terbawah (Gambar 3).
Gambar 3. Perbandingan karakteristik rumah tangga BLSM dan non-BLSM
Penentuan sasaran BLSM
didasarkan atas banyak indikator
Bandingkan
dua gambar rumah di Gambar 4. Jika hanya ada satu yang bisa diberikan BLSM,
mana yang lebih layak?
Gambar 4. Mana yang lebih miskin?
Sepintas
rumah yang sebelah kiri akan dianggap lebih layak, karena secara fisik
kondisinya lebih buruk. Sekarang pertimbangkan informasi tambahan ini. Di rumah
sebelah kiri, kepala rumah tangga bekerja sebagai penjual siomay, istrinya
bekerja sebagai guru honorer, dan mereka memiliki satu anak. Sementara di rumah
sebelah kanan, kepala rumah tangga bekerja sebagai guru, istrinya tidak bekerja
dan memiliki tujuh anak.
Mungkin
jawaban kita akan berubah, mungkin tidak. Yang pasti, adanya informasi tambahan
ini membuat pilihan tidak lagi jelas. Mungkin akan semakin rumit jika kita
tambahkan berbagai informasi lagi seperti sumber air yang digunakan, jenis
sanitasi dan lain sebagainya.
Poinnya
adalah, kita tidak bisa menentukan sebuah rumah tangga lebih layak menerima
bantuan atau tidak hanya dari satu variabel. Apalagi hanya variabel yang kasat
mata seperti kondisi rumah. Sering keluhan mengenai akurasi penargetan hanya
didasarkan atas 1-2 indikator yang kasat mata, sementara penentuan sasaran
didasarkan atas beberapa informasi.
Dinamika status sosial
ekonomi
Pencacahan
PPLS dilakukan tahun 2011. Penentuan sasaran BLSM dilakukan tahun 2013 dari
basis data di tahun 2011. Dalam dua tahun, pasti ada rumah tangga yang membaik
kondisinya. Sebaliknya, ada juga yang memburuk. Pasti ada rumah tangga yang
sudah pindah atau meninggal semua. Ini semua tidak terhindarkan.
Kesalahan pencacahan
Tidak ada
data yang sempurna, sekali lagi. Meski kontrol kualitas sudah dimaksimalkan, pasti
ada error dalam proses pengumpulan
data. Bahkan satu persen error saja ekuivalen dengan hampir sepuluh juta
penduduk atau dua setengah juta rumah tangga.
Di sisi
lain, melakukan pemutakhiran data untuk 96 juta penduduk tidak realistis untuk
dilakukan setiap tahun. PPLS dilakukan setiap tiga tahun. Jadi kita perlu
mekanisme lain untuk memutakhirkan data di antara dua pencacahan data.
Mekanisme yang ditawarkan adalah musyawarah desa dan kelurahan.
Solusi data BLSM:
musyawarah desa/kelurahan
Musyawarah
Desa/Kelurahan merupakan forum pertemuan musyawarah di desa/kelurahan yang
melibatkan aparat desa/kelurahan, kelompok masyarakat desa/kelurahan dan
perwakilan rumah tangga dari setiap Satuan Lingkungan Setempat (SLS) setingkat
dusun/RW untuk memutakhirkan data penerima.
Musyawarah
desa/kelurahan atau musyawarah kecamatan dapat dilakukan untuk menetapkan
kebijakan lokal mengenai kepesertaan, yang bertujuan untuk mengganti rumah
tangga.
Mekanisme musyawarah desa untuk
mengganti penerima BLSM yang dianggap tidak layak adalah sebuah mekanisme yang
perlu kita dorong. Ini adalah solusi yang coba menggabungkan mekanisme
teknokratik yang top-down dengan
kearifan komunitas yang bottom-up. Ini adalah solusi yang lebih baik
dan praktikal ketimbang melakukan validasi tahunan.
Kemiskinan memang problem yang
belum terselesaikan. Karena itu upaya untuk mengatasinya tidak akan pernah
selesai. BDT adalah bagian kecil dari upaya itu. Data dan metode yang ada akan
terus diperbaiki dan ditingkatkan. Berbagai kritik terhadap BDT adalah bagian dari
upaya perbaikan.
Penutup
Ada dua pesan utama dari artikel
ini. Pertama, anekdot adalah fakta yang tidak bisa dinafikan. Tapi anekdot
tidaklah cukup untuk menjadi dasar penilaian sebuah program berhasil atau
gagal.
Kedua, ada berbagai hal yang bisa
mempengaruhi ketepatan sasaran. Persepsi mengenai ketidaktepatan sasaran belum
tentu sesuai dengan kenyataan. Meski harus diakui bahwa persepsi publik tentu
menjadi hal yang penting diperhatikan oleh pengelola program. Tapi lebih
penting dari sekedar penjelasan, kita perlu punya mekanisme untuk menyelesaikan
masalah dan keluhan yang muncul. Mekanisme yang didorong adalah forum
musyawarah desa dan kelurahan, sehingga ada kombinasi antara mekanisme top-down dan bottom-up.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
ReplyDeleteNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut