Sunday, July 28, 2013

Tentang data dan penargetan BLSM - Bagian 1

Lihat bagian kedua >>
Banyak media memberitakan penyaluran Bantuan Langsung Sementara untuk Masyarakat (BLSM) ‘kisruh’. Banyak warga miskin yang namanya tidak terdaftar. Sebaliknya banyak cerita tentang warga yang mampu tapi masuk dalam daftar penerima. Untuk mendramatisasi, liputan media dibumbui cerita soal pengantre BLSM yang membawa telepon genggam atau mengenakan kalung emas.
Tidak ada data yang sempurna. Itu adalah keniscayaan. Tapi kita juga perlu bijak dalam membedakan mana fakta yang sifatnya anekdotal, mana yang bukan. Tentu dari sekian juta penerima BLSM, pasti kita temukan kasus pemilik kalung emas atau pegawai negeri sipil ikut mengantre. Pertanyaannya bukan ada atau tidak, tapi apakah temuan-temuan itu sifatnya kasuistik atau sistematis. Anekdot tidak bisa menjawab itu.
Saat ini kita belum bisa menilai seberapa besar kesalahan penargetan dalam BLSM. Beberapa bulan lagi setelah data Survey Sosial Ekonomi Nasional keluar mungkin kita bisa mengatakan hal itu. Tapi ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang bagaimana data sasaran BLSM ditentukan, dan karakteristik data yang bisa mempengaruhi penentuan sasaran.

Sumber data dan metode penetapan sasaran BLSM
Penargetan BLSM menggunakan metode Proxy Means Testing (PMT). Dalam metode PMT, rumah tangga diprediksi pendapatannya dan posisi relatifnya dalam distribusi pendapatan menggunakan sejumlah variable seperti kondisi fisik rumah, pendidikan dan pekerjaan kepala rumah tangga, gender kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, sumber air, sumber penerangan, dan beberapa proxy atas aset (baca artikel ini tentang beberapa kelebihan dan kekurangan metode PMT).
Daftar penerima BLSM berasal dari Basis Data Terpadu (BDT) yang memuat informasi empatpuluh persen penduduk Indonesia berpendapatan terbawah. BDT adalah sebuah sensus parsial yang dilakukan tahun 2011 untuk lebih dari 96 juta rumah tangga Indonesia. Data ini memuat informasi tentang kondisi rumah (jenis atap, lantai, dinding), pekerjaan dan pendidikan kepala rumah tangga, sumber penerangan, jumlah anggota rumah tangga dan beberapa lagi (lihat Gambar 1 di bawah).

Gambar 1. Indikator-indikator dalam PPLS 2011
Penentuan responden PPLS 2011 dilakukan sebagai berikut. Dari Sensus Penduduk 2010, ditentukan sejumlah target rumah tangga yang akan didatangi (sebagai contoh: rumah tangga yang beralamat di Pondok Indah, Jakarta Selatan, tidak masuk dalam target PPLS). Di setiap rumah tangga yang didatangi, petugas mengumpulkan informasi-informasi yang ada di Gambar 1.
Selain mengguakan Sensus Penduduk 2010, petugas pencacah juga ‘menyisir’ calon responden dengan bertanya pada penduduk miskin yang diwawancara, apakah mereka mengetahui ada penduduk miskin lain di lingkungan mereka yang mungkin luput dari pendataan. Ini berbeda dengan PPLS sebelumnya (2005 dan 2008) yang mengandalkan informasi dari Ketua RT/RW, Kepala Dusun/Desa atau tokoh masyarakat. Informasi yang diberikan oleh elit komunitas punya potensi bias bahkan terjebak pada elite capture. Sementara informasi yang dikumpulkan dari sesama penduduk miskin – dalam teori – lebih kecil kemungkinan biasnya.

Informasi yang ada di PPLS 2011 kemudian digunakan dalam sebuah kalkulasi untuk menentukan sebuah rumah tangga ada di posisi mana dalam distribusi pendapatan. (Ingat, kita tidak bisa memiliki data pendapatan yang akurat untuk tiap rumah tangga, jadi kita mengestimasinya menggunakan sejumlah indikator). Dari situ kita bisa menentukan rumah tangga mana saja yang ada di 25 persen terbawah yang menjadi sasaran BLSM.
Angka 25 persen rumah tangga dengan status soial ekonomi terbawah ini ekuivalen dengan 15,5 juta rumah tangga atau sekitar 65,6 juta jiwa. Ini jauh lebih tinggi dari jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan yang jumlahnya sekitar 5,7 juta rumah tangga (28,6 juta jiwa) di tahun 2012, atau 11,66 persen dari populasi (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Target BLSM dan penduduk miskin
Mengapa 25 persen? Mengapa bukan 11,66 persen sesuai angka kemiskinan? Jawaban pendeknya: itu adalah kesepakatan politik antara pemerintah dan DPR, karena kita punya cukup anggaran untuk menargetkan 25 persen penduduk termiskin.
Jawaban yang agak panjang adalah karena situasi kemiskinan di Indonesia cukup dinamis. Sumarto dan Suryahadi (2010) menghitung, berdasarkan data SUSENAS panel, 55% penduduk miskin pada 2010 ternyata bukan penduduk miskin pada 2009. Karena sifat dinamisnya itulah program perlindungan sosial perlu menyasar target bukan hanya penduduk miskin tapi juga mereka yang rentan. Itulah yang dilakukan oleh pemerintah dalam program BLSM.
Di bagian kedua saya akan membahas beberapa hal yang mempengaruhi penetapan sasaran BLSM dan persepsi mengenai ketidaktepatan sasaran.

2 comments:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    ReplyDelete
  2. Saya memiliki skor kredit yang sangat rendah sehingga upaya saya untuk meminjam dari Bank ditolak. Saya merasa bangkrut sampai-sampai saya tidak mampu membeli tiga kali sehari, dan saya benar-benar bangkrut karena nama saya identik dengan kemiskinan. saya berhutang baik dari teman-teman saya dan juga dari rentenir hidup saya di bawah ancaman saya harus melarikan diri dari rumah dan saya membawa anak-anak saya untuk bertemu ibu mertua saya karena sifat ancaman yang saya terima dari mereka yang meminjamkan saya uang Jadi saya harus mencari cara cepat dan mendesak untuk membayar kembali uang itu dan juga memulai bisnis baru usaha pertama saya sangat mengerikan karena saya ditipu sebesar Rp5.390.020,00 saya harus pindah juga dua minggu kemudian saya kehilangan Rp300.500,00 kepada pemberi pinjaman yang curang jadi saya turun secara finansial dan emosional karena ini yang paling tidak saya harapkan sehingga seorang teman saya memberi tahu saya untuk menghubungi email ini: :( iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com) bahwa saya harus meminta jumlah berapa pun berharap agar Bunda Iskandar selalu menjadi kembali untuk memberikan bantuan keuangan kepada siapa pun yang membutuhkan sehingga saya meminta untuk jumlah Rp850.000.000,00 dalam waktu 24 jam cerita saya berubah untuk selamanya saya membayar semua hutang saya dan saya juga memiliki cukup uang untuk membiayai sendiri bisnis semua terima kasih kepada teman saya yang memperkenalkan saya kepada ibu khususnya dan juga kepada Ibu Iskandar pada umumnya untuk mengubah rasa malu saya menjadi terkenal
    Atas perkenan: ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY
    Email: (iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)

    ReplyDelete