ari ini, sebuah berita di harian Kompas mengutip pernyataan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie tentang angka kemiskinan. Di artikel itu tertulis:
Aburizal Bakrie mengakui bahwa memang menurut data Badan Pusat Statistik, kemiskinan menurun. Namun, standar yang digunakan ternyata sama dengan standar tahun 2004, yaitu 1,6 dolar Amerika Serikat. Tahun 2009 nilai itu setara dengan Rp16.000 dan harga beras masih Rp5.000 per kilogram. Sekarang nilai itu adalah Rp14.000 dan harga beras Rp8.000 per kilogram. ... Daya beli masyarakat menurun, sehingga kemiskinan harusnya meningkatSaya tidak tahu Ketua Umum Golkar mendapat informasi ini dari mana. Yang jelas, perhitungan kemiskinan BPS tidak pernah menggunakan didasarkan pada angka tertentu dalam Dolar Amerika. Garis kemiskinan BPS selalu ditetapkan dalam Rupiah. Besarnya selalu berubah dari tahun ke tahun, mengikuti pergerakan harga barang-barang yang digunakan untuk menghitung garis kemiskinan.
Gambar berikut ini menunjukkan pergerakan garis kemiskinan. Terlihat bahwa garis kemiskinan selalu mengalami kenaikan secara nominal, baik untuk nasional, desa maupun kota. Kalau dihitung, persentase kenaikan garis kemiskinan ini selalu mirip, bahkan lebih tinggi, dari tingkat inflasi. Ini karena barang dan jasa yang dicakup dalam perhitungan berbeda dengan Indeks Harga Konsumen yang jadi acuan inflasi. Bobot bahan makanan di garis kemiskinan lebih tinggi, untuk menggambarkan pola konsumsi kelompok miskin. Untuk penyederhanaan, yang ditampilkan hanya angka sejak 2008, tapi setiap tahun angka kemiskinan pasti mengalami kenaikan.
Artinya, perubahan daya beli masyarakat miskin karena kenaikan harga-harga kebutuhan sudah tercakup dalam kenaikan garis kemiskinan. Dengan kata lain, kemiskinan turun meski garis kemiskinan selalu meningkat.

Mungkin (sekali lagi, mungkin) maksud dari pernyataan Aburizal adalah garis kemiskinan ditetapkan terlalu rendah, sehingga angka kemiskinan terlihat kecil dan menurun. Baiklah, mari kita lihat tabel di bagian bawah. Tabel itu adalah simulasi jumlah dan presentasi penduduk miskin apabila garis kemiskinan dinaikkan menjadi 10%, 20% hingga dua kali lipat dari garis kemiskinan yang resmi (hasil perhitungan Sudarno Sumarto, dikutip dari Ulasan TNP2K). Terlihat bahwa di tingkat garis kemiskinan berapapun, angka kemiskinan secara konsisten menurun.
Sebagai mantan Menko Kesra, saya kira Aburizal Bakrie bisa lebih paham soal perhitungan garis kemiskinan resmi. Lain halnya kalau ia tidak sedang berbicara tentang angka kemiskinan selain perhitungan versi BPS, yang jadi acuan pemerintah.
Atau kali ini ia mendapat masukan yang salah dari stafnya?
No comments:
Post a Comment