Tuesday, March 01, 2016

Histeria (Menentang) LGBT

Versi asli tulisan ini dimuat di Qureta, 25 Februari 2016.
Beberapa minggu ini topik LGBT kembali panas. Kalau tidak salah, berawal dari diskusi yang rencananya diadakan oleh Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC), Universitas Indonesia. Diskusi itu menuang berbagai komentar yang intinya menolak diskusi seperti itu diadakan.
Setelah itu, hampir semua ruang diskusi membahas soal LGBT. Dari yang biasa-biasa saja, hingga yang menyerupai histeria. (Histeria = reaksi yang ekstrem terhadap sesuatu, biasanya didorong oleh emosi seperti ketakutan atau marah).
Keberadaan LGBT, dan diskusi mengenai hal itu, adalah topik lama. Meski demikian, buat saya, ada diskusi lebih baik dari tidak ada diskusi. Adanya diskusi membuat berbagai sudut pandang bisa terangkat dan dipelajari.
Sudut pandang agama, tentunya, mendominasi pendapat soal LGBT. Dari sudut pandang agama yang mainstream, LGBT tidak bisa dibenarkan. Meski saya melihat ada berbagai pandangan non-mainstream soal topik ini, bagaimanapun ini adalah posisi awal diskusi.
Pertanyaan lanjutannya adalah: 1) berangkat dari pemahaman beragama kita, bagaimana sikap atau sentimen pribadi kita terhadap individu LGBT, dan 2) bagaimana kita membawa isu LGBT dalam ranah interaksi dan kebijakan publik?
Tentang yang pertama, sentimen pribadi. Saya melihat ada spektrum pandangan, dari yang simpatik seperti ajakan untuk mendoakan atau memberi pemahaman agama, hingga yang lebih ‘keras’ seperti seruan untuk menghapuskan atau ‘meluruskan’ orientasi seksual LGBT.
Yang menarik adalah, jika LGBT adalah dosa, maka itu bukanlah satu-satunya jenis dosa terkait moralitas yang kita lihat dalam hidup sehari-hari. Meninggalkan ibadah wajib, seks di luar nikah, juga bentuk dosa. Tapi kita masih bisa berinteraksi secara santai dengan orang yang kita tahu meninggalkan ibadah, yang memiliki hubungan seks di luar nikah, yang minum alkohol, misalnya (meski ya, ada juga yang ingin menghukum orang yang tidak puasa di bulan puasa dengan cara razia).
Dengan kata lain, banyak dari kita cukup bisa menerima untuk ko-eksis dengan berbagai jenis dosa lain, tapi tidak untuk dosa berwujud LGBT. Ada apa dengan LGBT, mengapa itu begitu spesial?
Mungkin betul, ada sebab lain di luar alasan agama. Karena banyak orang yang saya kenal dan memberikan reaksi penolakan terhadap LGBT bukan dari latar belakang yang biasa menggunakan argumen agama. “Sebab lain” itu agaknya terkait dengan sentimen dan praduga kita terkait seksualitas. Sesuatu yang berhubungan dengan apa yang “normal” atau “tidak normal”.
Saya tidak bisa berkomentar banyak soal ini, karena terkait dengan disiplin ilmu yang tidak saya tekuni. Tapi ada satu masa di mana publik di Amerika bisa sangat terganggu dengan hubungan antarras. Seorang kulit putih yang memiliki hubungan romantis (apalagi seksual) dengan kulit berwarna adalah sesuatu yang “tidak normal”, “melawan hukum alam” atau semacamnya.
Masturbasi, juga seks oral, pernah dilihat sebagai perilaku yang tidak normal, bahkan imoral. Sebaliknya, female genital mutilation alias sunat perempuan di banyak budaya, terutama yang patriarkismenya kuat, dianggap normal bahkan perlu untuk mengontrol “hasrat seksual perempuan agar tidak berlebihan.”
Poin saya adalah, ketika kita kira definisi “normal” itu jelas dan diterima, pada kenyataannya “normal” bisa jadi konsep yang relatif dan belum tentu universal. Ketika LGBT ditolak dengan alasan manusia perlu mendorong perilaku hubungan normal, apakah kita semua sepakat apakah hubungan yang  normal itu?
Buat saya, hubungan heteroseksual yang terdiri dari satu laki-laki dan beberapa istri bukanlah hubungan normal. Juga pernikahan yang melibatkan anak usia 16 tahun meski aturan saat ini masih membolehkan. Hubungan heteroseksual yang sifarnya patriarkis, buat saya juga tidak normal.
Jika LGBT dihujat karena alasan ketaknormalan, apakah energi untuk melontarkan hujatan itu sama besarnya untuk perilaku “tidak normal” lainnya?
Menolak Apa? Sentimen yang sifatnya pribadi adalah satu hal. Pada akhirnya, sentimen adalah karakteristik spesies manusia, karena kita bukan bangsa Vulcan seperti Spock. Yang selalu tricky alias rumit adalah, pertama, seberapa jauh kita membolehkan sentimen pribadi (atau kelompok) menjadi dasar penilaian kita kepada orang lain.
Hari-hari ini kalau kita melihat kampanye Pilpres AS, kita akan melihat dengan jelas bagaimana sentimen sebagian orang di sana terhadap kelompok agama dan ras tertentu membuat mereka bisa terlihat bodoh.
Ketika banyak orang bertepuk tangan pada Donald Trump yang punya ide mengharuskan muslim Amerika mengenakan label khusus, dan melarang muslim mancanegara masuk ke Amerika, kita tengah melihat bagaimana sentimen sedang bermain (dan dimainkan).
Pertanyaan lanjutannya adalah seberapa jauh sentimen pribadi kita – yang berasal dari agama maupun bukan – bisa menjadi dasar untuk meminta kebijakan publik tertentu?
Sebagai contoh, beribadah itu wajib menurut agama. Makan babi itu haram untuk orang Islam dan Yahudi. Tapi apakah itu cukup basis untuk menjadikan orang yang tidak beribadah, atau orang Islam yang makan babi, patut dihukum oleh negara?
Tentu ada banyak contoh di mana apa yang dilarang oleh agama juga dilarang oleh hukum. Mencuri, misalnya – tapi itu bukan semata-mata karena agama mengatakan mencuri itu dosa, melainkan ada kerugian bagi individu lain (dan kerugian sosial jika yang dicuri adalah barang milik negara atau publik).
Atas dasar itulah saya menolak argumen yang menyimpulkan, karena Indonesia adalah negara berdasarkan ketuhanan, sementara LGBT bertentangan dengan agama, artinya LGBT tidak boleh ada di Indonesia. Logika itu sama saja dengan mengatakan orang yang tidak puasa atau tidak salat tidak boleh ada di Indonesia.
Itu membawa kita pada kebutuhan untuk mendiskusikan seruan “Tolak LGBT”. Mulai dari pertanyaan mendasar: apa yang ditolak?
Kemungkinan pertama, yang ditolak adalah legalisasi pernikahan LGBT di Indonesia. Jika ini kasusnya, maka ini adalah penolakan terhadap sesuatu yang tidak ada. Sejauh yang saya tahu, belum ada tuntutan riil – dalam arti pembahasan soal dasar hukum, bahkan sekedar petisi – ke arah situ.
Kalaupun ada, pranata hukum dan politik di Indonesia saat ini sangat mudah untuk menghalangi hal itu jadi kenyataan. Lepas dari itu, saya pun belum yakin apakah isu pernikahan adalah sesuatu yang memang disepakati dan diperjuangkan LGBT dan kelompok advokasi LGBT di Indonesia, ketika banyak isu yang lebih perlu dijadikan prioritas.
Ketika kemungkinan akan legalisasi pernikahan LGBT di Indonesia sedemikian kecil, mengapa seruan ‘tolak LGBT’ tetap keras? Saya merasa perlu mencari berbagai kemungkinan lain.
Kemungkinan kedua, lepas dari soal ingin menikah atau tidak, yang ditolak adalah keberadaan individu atau kelompok LGBT. Meski ini menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Saya berharap bukan ini alasannya. Saya masih bersyukur bahwa dari berbagai argumen, mayoritas tetap setuju bahwa diskriminasi terhadap individu LGBT tidak dibenarkan. Ada yang mempertanyakan, memang diskriminasi apa sih yang dialami LGBT, toh selama ini mereka tetap bisa sekolah dan bekerja?Apakah maksudnya seseorang yang memiliki orientasi non-heteroseksual tidak bisa eksis atau diakui negara, dan implikasinya tidak memiliki hak untuk  mendapat keamanan, pendidikan, kesehatan pekerjaan dan sebagainya?
Betul, dan justru itulah Indonesia yang ingin kita pertahankan. Meski sayangnya, saat saya memulai menulis artikel ini, sudah ada berita penyerangan pondok pesantren waria di Jogja, dan selebaran bernada ajakan untuk melakukan kekerasan kepada LGBT dari sebuah kelompok.
Kemungkinan ketiga, yang merupakan variasi dari kemungkinan kedua, adalah penolakan terhadap “penyebaran atau promosi paham atau perilaku LGBT.” OK, meski pernyataan ini terdengar sederhana, tapi tetap memiliki derajat ambiguitas yang tinggi.
Apa maksudnya menyebarkan atau mempromosikan LGBT? Jika yang dimaksud adalahpublic display of affection antara dua orang homoseksual, bukankah sudah ada aturan formal maupun norma yang menghalangi hal itu? (Atau jika anda heteroseksual, maka anda boleh bermesraan di publik?)
Atau maksudnya, batasi acara di TV yang menampilkan aktor kebanci-bancian, seperti yang sudah dilakukan KPI, supaya tidak mendorong penonton khususnya anak-anak mengikuti perilaku mereka? Baiklah, generasi saya tumbuh sambil menonton Tessy Srimulat, Ester Jayakarta Group dan lainnya.
Dan mereka membuat banyak orang menjadi transgender? Atau sebaiknya film atau karya seni yang bertema LGBT tidak dibolehkan? Apakah itu termasuk film The Imitation Game, Mrs. Doubtfire, atau lakon Banci Gugat oleh Teater Koma?
Meski sejujurnya, ada sisi yang saya sepakati. Bahwa televisi kita perlu lebih banyak memproduksi acara-acara yang berkualits. Saya sepakat, banyak aktor atau pembawa acara yang bergaya “kebanci-bancian” di televisi hari-hari ini tidak memberi nilai tambah pada pemahaman soal LGBT, bahkan menciptakan stereotip.
Pendapat lain yang saya dengar adalah, sebaiknya kita menerapkan prinsip don’t ask, don’t tell? Jika itu yang dimaksud, maka pertanyaannya adalah, apakah benar itu akan membuat keadaan lebih baik? Bukankah adanya diskusi yang sehat lebih baik dari menganggap bahwa LGBT tidak eksis?
Saya kuatir, arah dari ide ini adalah menutup ruang diskusi dan ekspresi. Sangat mudah jadinya untuk melabeli acara diskusi sebagai ‘menyebarkan LGBT’ sehingga tidak diijinkan. Dan lebih parah, memberi legitimasi untuk pembubaran paksa dengan kekerasan.
Poin saya, sebuah sentimen dan prasangka tidak bisa cukup jadi alasan untuk kebijakan publik. Karena kalau benar, maka apa yang membedakan kita dengan mereka di belahan bumi lain yang memiliki sentimen atau prasangka terhadap agama tertentu dan ingin menjadikannya sebuah kebijakan?
Problem Sesungguhnya. Sentimen berlebihan terhadap LGBT (yang saya katakan mendekati histeria), menimbulkan beberapa masalah. Minimal, histeria membuat kita sering terjebak dalam kesalahan logika sehingga keluarlah pernyataan-pernyataan lucu dari pejabat setingkat menteri (“LGBT adalah proxy war dan lebih bahaya dari senjata nuklir,” kata Menteri Pertahanan di sebuah negara yang tidak bisa saya sebutkan).
Bisa lebih parah, sentimen itu bisa membuat penglihatan kita terhadap suatu masalah menjadi kabur dan bergeser, dan kebijakan yang diambil pun keliru.
Berbicara soal kebijakan publik, prinsipnya adalah menanyakan apa masalahya, dan apa solusinya. Sekarang coba kita telaah apa yang menjadi masalah dan perlu diatasi oleh kebijakan.
Pertama, kekuatiran bahwa spesies manusia akan punah jika populasi LGBT makin besar. Ini adalah kekuatiran yang memiliki banyak kelemahan. Kalau memang LGBT dianggap “tidak normal” ya tentu populasinya tidak akan pernah signifikan untuk mempengaruhi pertumbuhan penduduk (kalau ya, nah namanya manusia sudah mengalami evolusi dan LGBT adalah kondisi normal yang baru – tapi artinya ini mengontradiksi premis awal).
Lagipula, kalau ini yang jadi kekuatiran, maka harusnya populasi jomblo serta mereka yang melakukan hubungan tapi tidak bertujuan mendapatkan keturunan juga harus diprotes. (Omong-omong, menarik juga karena di lain waktu kita concern dengan penduduk yang banyak, ketika masuk ke soal LGBT, kita takut penduduk akan berkurang).
Kedua, soal perlindungan anak dan pelecehan seksual. Ini sesungguhnya adalah ruang di mana semua orang bisa sepakat. Kita menentang predator seksual yang menargetkan anak-anak, apapun orientasi seksualnya.
Histeria pada LGBT bisa-bisa malah mengalihkan kita dari fakta bahwa predator heteroseksual juga sangat banyak, bahkan yang berprofesi guru agama sekalipun (dan kita juga tidak mengalami histeria anti-guru agama toh?) Itulah mengapa pengenalan soal seks dan seksualitas sejak dini jadi penting.
Demikian halnya dengan pelecehan seksual. Banyak rekan-rekan saya sesama pria bercerita, betapa mereka tidak nyaman, bahkan jijik, berada di dekat waria. Ada yang pernah marah-marah cerita soal pengalaman pribadi atau orang lain yang diajak kenalan, didekati bahkan dilecehkan oleh gay.
Saya bersimpati. Tapi ini bisa sekaligus menjadi ujian konsistensi. Apakah mereka juga marah ketika mendapat sexual advance dari lawan jenis, atau malah bangga? Apakah rekan-rekan itu juga punya simpati yang sama dengan perempuan yang mengalami pelecehan, bukan hanya fisik tapi juga verbal, atau virtual (misalnya lewat gurauan atau meme seksis di grup whatsapp?) Apakah ketika mendengar cerita pelecehan seksual laki-laki terhadap perempuan, ada kemarahan yang sama?
Jangan-jangan, kemarahan itu bukan karena soal perasaan tidak nyaman (uncomfortable)melainkan tidak aman (insecure) ketika sisi maskulinitasnya ditantang. Jika ini kondisinya, maka problemnya ada di rasa tidak aman itu. Semua berawal dari pikiran, maka kita harus adil sejak dari pikiran, mengutip Pramoedya Ananta Toer.
Ketiga, terkait penyakit menular seksual. Maraknya LGBT dianggap jadi alasan makin meluasnya penyebaran HIV/AIDS. Memang, jika melihat data di AS, mayoritas ODHA (baik ODHA lama maupun kasus baru) adalah homoseksual. Dan risiko penularan dari hubungan seksual laki-laki dengan laki-laki lebih tinggi dari lainnya (meski risiko yang mendekati pasti adalah melalui transfusi darah, lalu lewat jarum suntik).
Tapi secara global, sebenarnya proporsi terbesar kasus HIV/AIDS ada dari kelompok heteroseksual. Di Indonesia pun begitu, 61 persen ODHA yang teridentifikasi adalah heteroseksual, dan jumlah yang signifikan adalah ibu rumah tangga. Jadi ketika kita bicara soal HIV/AIDS, data menunjukkan bahwa problem yang besar justru ada di titik yang tidak kita kira.
Sentimen vs Data. Yoda, tokoh fiktif dalam Star Wars, pernah berkata, “ketakutan membawa kebencian, kebencian membawa amarah, dan amarah membawa penderitaan.” Menyimak histeria diskusi LGBT belakangan ini, ungkapan Yoda ada benarnya, dengan sedikit modifikasi: ketidakpahaman membuat ketakutan, ketakutaan membawa kebencian dan amarah.
Di sinilah perlunya basis penelitian, data dan bukti yang kuat akan berbagai fenomena sosial. Banyak perdebatan menarik yang terjadi, baik dari aspek ideologi, hukum (termasuk hukum agama), dan sebagainya. Akan lebih kuat jika kita punya basis bukti yang bisa mendukung berbagai klaim.
Misalnya, berapa banyak sebenarnya kasus pelecehan seksual terhadap anak, berapa yang melibatkan heteroseksual dan homoseksual. Berapa besar sesungguhnya peluang orang untuk bisa berubah orientasi seksual, sehingga kita bisa memutuskan apakah “penularan LGBT” itu benar ancaman nyata atau ketakutan berlebihan.
Adanya data, seperti data tentang HIV/AIDS, juga sering tidak cukup untuk mengubah persepsi yang telanjur terbentuk. Ini yang disebut sebagai confirmation bias – orang cenderung mencari informasi atau data untuk mendukung kesimpulan yang sudah ada.
Tapi tetap, adanya data mutlak diperlukan untuk pengambilan kebijakan publik. Saya berharap dalam isu LGBT ini banyak akademisi merasa terpanggil untuk berkontribusi pada basis pengetahuan dan bukti. Akademisi boleh berpihak pada satu pandangan atau ideologi, tapi objektivitas, ketaatan pada metodologi serta kejujuran (misalnya kejujuran dalam mengutip buku panduan gangguan jiwa) mutlak diperlukan.
Adanya basis data dan bukti tidak lantas memaksa orang mengubah posisinya, terlebih paham jika itu berangkat dari keyakinan agama. Adanya data justru melengkapi keberagamaan seseorang.
Data membuat kita lebih paham tentang apa yang bahaya dan apa yang bukan. Juga membuat kita bersikap adil, terutama adil terhadap pikiran kita sendiri, dengan tidak mengasosiasikan LGBT dengan kemerosotan moral, karena heteroseksual pun punya kontribusi.
Suatu saat, dan saya harap saat itu segera, LGBT bisa dibahas secara objektif dan rasional, menggunakan data dan bukti, bukan histeria.

4 comments:

  1. HAPPY NEW YEAR HAPPY NEW YEAR HAPPY NEW YEAR
    DARI-rossastanleyloancompany

                              Apakah Anda memerlukan kredit yang mendesak?

    * Sangat Cepat dan Transfer Instan ke rekening bank anda
    * Biaya kembali di bulan setelah Anda mendapatkan pinjaman Anda di bank Anda
    akun bank
    * Tingkat bunga rendah 2%
    * Long term payback (1-20) Long
    * Pinjaman fleksibel dan gaji bulanan
    *. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membiayai? Setelah mengajukan pinjaman
    Anda mungkin mengharapkan jawaban awal kurang dari 24 jam
    pembiayaan dalam 48Hours setelah menerima informasi yang mereka butuhkan
    dari kru Pada perusahaan pinjaman ROSSA STANLEY, kami adalah perusahaan pembiayaan yang berpengalaman yang memberikan kemudahan pinjaman gratis kepada individu-individu yang berpikiran tulus, serius, perusahaan, badan hukum dan masyarakat umum dengan tingkat bunga 2%. Kami memiliki akses ke kumpulan uang tunai untuk diberikan kepada perusahaan dan mereka yang memiliki rencana untuk memulai bisnis tidak peduli seberapa kecil atau besarnya, kami memiliki uang tunai. Yakinlah bahwa kesejahteraan dan kenyamanan Anda adalah prioritas utama kami, mengapa kami berada di sini untuk mengurus pemrosesan pinjaman Anda.

    Hubungi perusahaan pinjaman yang sah dan dapat dipercaya dengan rekam jejak pelayanan yang memberikan kebebasan finansial kepada negara-negara bersatu (PBB).
    Untuk informasi lebih lanjut dan pinjaman yang meminta untuk mendirikan bisnis Anda, belilah rumah, beli mobil, liburan, hubungi kami via,

      E-mail resmi: rossastanleyloancompany@gmail.com
      Viber resmi: +15186756750
      Instagram resmi: Rossamikefavor
      Twitter resmi: Rossastanlyloan
      Official Facebook: rossa stanley favor

    untuk respon cepat dan cepat ....
    Mohon mengisi formulir aplikasi di bawah ini dan kami akan menghubungi Anda lagi, Kami tersedia 24/7
                                
                                       DATA PEMOHON

    1) Nama Lengkap:

    2) Negara:

    3) Alamat:

    4) Jenis Kelamin:

    5) Status Perkawinan:

    6) Pekerjaan:

    7) Nomor Telepon:

    8) posisi saat ini di tempat kerja:

    9) Penghasilan Bulanan:

    10) Jumlah Pinjaman yang Dibutuhkan:

    11) Durasi Pinjaman:

    12) nama facebook:

    13) nomor Whatsapp:

    14) Agama:

    15) Tanggal lahir:

    SALAM,
    Mrs.Rossa Stanley Favor
    ROSSASTANLEYLOANCOMPANY
    Email rossastanleyloancompany@gmail.com

    ReplyDelete
  2. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    ReplyDelete
  3. Saya memiliki skor kredit yang sangat rendah sehingga upaya saya untuk meminjam dari Bank ditolak. Saya merasa bangkrut sampai-sampai saya tidak mampu membeli tiga kali sehari, dan saya benar-benar bangkrut karena nama saya identik dengan kemiskinan. saya berhutang baik dari teman-teman saya dan juga dari rentenir hidup saya di bawah ancaman saya harus melarikan diri dari rumah dan saya membawa anak-anak saya untuk bertemu ibu mertua saya karena sifat ancaman yang saya terima dari mereka yang meminjamkan saya uang Jadi saya harus mencari cara cepat dan mendesak untuk membayar kembali uang itu dan juga memulai bisnis baru usaha pertama saya sangat mengerikan karena saya ditipu sebesar Rp5.390.020,00 saya harus pindah juga dua minggu kemudian saya kehilangan Rp300.500,00 kepada pemberi pinjaman yang curang jadi saya turun secara finansial dan emosional karena ini yang paling tidak saya harapkan sehingga seorang teman saya memberi tahu saya untuk menghubungi email ini: :( iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com) bahwa saya harus meminta jumlah berapa pun berharap agar Bunda Iskandar selalu menjadi kembali untuk memberikan bantuan keuangan kepada siapa pun yang membutuhkan sehingga saya meminta untuk jumlah Rp850.000.000,00 dalam waktu 24 jam cerita saya berubah untuk selamanya saya membayar semua hutang saya dan saya juga memiliki cukup uang untuk membiayai sendiri bisnis semua terima kasih kepada teman saya yang memperkenalkan saya kepada ibu khususnya dan juga kepada Ibu Iskandar pada umumnya untuk mengubah rasa malu saya menjadi terkenal
    Atas perkenan: PERUSAHAAN PINJAMAN ISKANDAR LESTARI
    Email: (iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)

    ReplyDelete
  4. Halo Semuanya Saya Bu SAFRILITA dari INDONESIA, ALLAH telah memberkati saya dengan dua anak dan seorang suami yang penuh kasih, saya ingin membagikan Kesaksian saya karena ALLAH menyayangi saya, setahun yang lalu saya sangat membutuhkan uang jadi saya berpikir untuk memiliki pinjaman kemudian saya bertemu dengan orang yang salah yang mengaku sebagai pemberi pinjaman, tidak tahu bahwa mereka semua scam. Saya ditipu sebesar 25 juta, dan mereka menolak untuk mentransfer pinjaman saya kepada saya, mereka juga berhenti mengirim email kepada saya sejak itu. kemudian saya bingung, seluruh hidup saya hilang. suami saya jatuh sakit dan ada tagihan rumah sakit yang harus dibayar dalam jutaan, yang bisa saya pikirkan saat ini adalah sucide, teman saya bernama Evi datang menemui saya pada hari yang setia itu, dia juga menjadi korban penipuan, dia memberi tahu saya tentang konferensi yang diselenggarakan oleh ibu Nurliana Novi untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki yang ingin membuat kekayaan, dia meminta saudara perempuannya untuk membantu saya mengurus suami saya dan anak-anak, jadi kami pergi untuk konferensi. Setelah semua motivasi berbicara, dia mengajukan pertanyaan kepada kami "APAKAH ANDA SIAP MENGAMBIL RESIKO DAN MEMBUAT KEKAYAAN" dengan berani di jemaat kecil itu saya berdiri dan berkata "YA" dan kami semua diminta untuk datang keesokan harinya dengan rencana bisnis , dia berkata kepada kami, " SAYA TIDAK AKAN MEMBERI ANDA UANG, SAYA AKAN MENGAJARKAN ANDA BAGAIMANA MENGAMBIL RISIKO DAN MENDAPATKAN UANG UNTUK BISNIS ANDA,"  dia berbicara tentang bagaimana dia mendapatkan pinjaman dan koneksinya melalui ELINA JOHNSON GLOBAL LOAN FIRM yang hebat, sebuah perusahaan pinjaman online, segera saya menjadi takut, teman saya mendorong dan kami menghubungi Perusahaan ibu Elina, seperti yang diarahkan oleh ibu Nurliana Novi dari konferensi, saya dan teman saya mulai memproses sementara ibu Novi telah kembali, beberapa hari kemudian saya menerima telepon dari teman saya memberi tahu saya bahwa dia menerima peringatan dari banknya, pinjamannya telah disetor, sudah terlambat sehingga saya tidak bisa pergi ke bank saya untuk mengkonfirmasi, di pagi hari peringatan datang, saya akhirnya mendapat pinjaman sebesar 843 juta dari ibu ELINA JOHNSON GLOBAL LOAN TETAP, setelah mengikuti proses hukum. kami diberi arahan untuk menyerahkan rencana bisnis kami dan meninggalkan uang di bank selama seminggu, kemudian ibu Novi menelepon meminta kami untuk bertemu lagi yang kami patuhi, kami sampai di tempat tersebut dan melihat orang asing dampak pada perdagangan dan investasi, kami diberi kuliah dan kontak untuk memulai investasi, dalam enam bulan melalui koneksi ibu Elina saya mulai impor dan hari ini saya dan suami saya telah mendirikan dua perusahaan besar senilai MILIAR. Saya ingin Anda semua tahu bahwa satu-satunya pemberi pinjaman sejati yang saya saksikan adalah ibu ELINA JOHNSON GLOBAL LOAN FIRM, hubungi mereka hari ini dan Anda akan mendapatkan perubahan positif dalam hidup Anda, ini emailnya elinajohnson22@gmail.com. Anda dapat menghubungi saya di email saya safrilita1988@gmail.com, untuk konfirmasi lebih lanjut, jika Anda meragukan saya, saya siap menunjukkan kepada Anda semua buktinya sehingga Anda akan tahu ini bukan hanya cerita.

    Catatan, mereka banyak pemberi pinjaman palsu online untuk menipu Anda, merobek Anda dari uang hasil jerih payah Anda, harus dari mereka pergi sejauh membuat situs pribadi mereka hanya untuk menipu Anda, pinjaman yang mengarahkan Anda untuk mengunjungi situs web palsu, mereka semuanya penipu.

    Jadi hubungi perusahaan ibu Elina sekarang dan pinjaman Anda akan ditransfer kepada Anda saat Anda mengikuti proses hukum, sekali lagi ini adalah emailnya elinajohnson22@gmail.com,  ALLAH melihat hati saya dan dia tahu saya mengatakan yang sebenarnya dan tidak lain adalah kebenaran .

    ReplyDelete